BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan,
keterampilan,
dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan juga memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya
manusia yang sangat berkualitas, oleh karena itu hendaknya pendidikan dikelola
dengan semestinya, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Agar
tercapainya pendidikan yang berkualitas, kita harus melihat terlebih dahulu
bagaimana proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik pada
peserta didiknya. Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta
didik tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran
yang tepat sangat dibutuhkan oleh pendidik untuk disampaikan pada peserta
didiknya. Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa
dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode
pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan
oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan
pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif
dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran, dan mempersiapkan peserta
didik yang berkualitas.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan metode pembelajaran ?
2. Apa
yang dimaksud dengan metode discovery learning ?
3. Bagaimana
Langkah proses pembelajaran – langkah metode discovery learning ?
4. Apakah
Kekurangan dan kelebihan dari metode pembelajaran discovery learning ?
5. Bagaimanakah
implementasinya dalam pembelajaran?
1.3.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi dari metode pembelajaran.
2. Untuk
mengetahui definisi dari metode discovery learning.
3. Untuk
mengetahui Langkah proses pembelajaran – langkah metode discovery learning.
4. Untuk
mengetahui Kekurangan dan kelebihan dari metode pembelajaran discovery
learning.
5. Untuk
mengetahui implementasinya dalam pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Metode
2.1.2. Definisi Metode Pembelajaran
Metode sendiri secara bahasa adalah
“cara”, sedangkan secara istilahnya adalah suatu cara atau prosedur yang
dipakai atau digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.Sedangkan pembelajaran
itu sendiri berarti segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses belajar pada diri peserta didik. Jadi apabila digabungkan, antara kata
metode dan kata pembelajaran adalah cara – cara menyajikan materi pelajaran
yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses belajar pada diri peserta didik dalam mencapai tujuan tertentu.
2.1.3. Faktor - faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran
Sebagai suatu cara untuk proses
pembelajaran, metode tidaklah dapat berdiri sendiri, tetapi dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor lainnya. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling
serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami
sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Menurut Winarno Surakhmad dalam
Djamarah (2002:89) pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa
faktor, sebagai berikut:
1) Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi
yang menghajatkan pendidikan.
2) Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju
dari setiap kegiatan belajar-mengajar.
3) Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar
yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari.
4) Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah
kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah.Misalnya ketiadaan
laboratorium untuk praktek IPA kurang mendukung penggunaan metode eksperimen.
5) Guru
Latar pendidikan guru diakui
mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode
menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.
Syarat-syarat metode
pembelajaran
Menurut Ahmadi dalam (Asih, 2007:20) syarat-syarat
yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah:
- Metode mengajar harus dapat mermbangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa
- Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
- Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
- Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).
- Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
- Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yng nyata dn bertujuan.
- Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Macam
– macam metode pembelajaran
Proses belajar-mengajar yang baik, hendaknya mempergunakan
berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian atau saling bahu membahu
satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan dan kelebihannya. Tugas guru
ialah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses
belajar-mengajar. Menurut Djamarah (2002:93-110) macam-macam metode
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Metode proyek
b. Metode eksperimen
c. Metode tugas atau resitasi
d. Metode diskusi
e. Metode sosiodrama
f. Metode demonstrasi
g. Metode problem solving
h. Metode karya wisata
i.
Metode
tanya jawab
j.
Metode
latihan
k. Metode ceramah
l.
Metode
discovery
m. Metode inquiry
n. Metode unit teaching
o. Metode insiden
p. Metode sumbang saran
q. Metode kasus
r.
Metode microteaching
s. Metode
simulasi
t.
Metode katekesmus
u. Metode
prileksi
v. Metode
seminar
w. Metode
permainan
x. Metode widyawisata
y. Metode
cerita
z. Metode
pameran ( penampilan )
Diatas
merupakan beberapa istilah dari macam – macam metode pembelajaran yang bisa
kita terapkan pada proses mengajar , akan tetapi kita hanya akan memperdalam
mengenai metode discovery ( penemuan ), metode discovery akan dibahas lebih
lanjut dibawah ini :
1.
Definisi Discovery ( Penemuan )
Metode
pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur
pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan
atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam
menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep
atau prinsip.
Metode discovery
diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang,
memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner
menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut
dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery.
Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan
untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery
ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau
prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna,
mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri
atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak
dapat belajar sendiri.
Tiga ciri
utama belajar menemukan yaitu:
(1) mengeksplorasi
dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan;
(2) berpusat
pada siswa;
(3) kegiatan
untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Blake et
al. membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh Whewell.
Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu:
(1) mengklarifikasi;
(2) menarik
kesimpulan secara induksi;
(3) pembuktian
kebenaran (verifikasi).
Langkah-langkah
pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
- identifikasi kebutuhan siswa;
- seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
- seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
- membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
- mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
- mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
- memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
- membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
- memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
- merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
- membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Langkah-Langkah Pelaksanaan
Model Pembelajaran Discovery Learning
1. Langkah Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran
penemuan (discovery learning) adalah sebagai berikut:
- Menentukan tujuan pembelajaran
- Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
- Memilih materi pelajaran.
- Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
- Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
- Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
- Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem
statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah).
c. Data
collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data
Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan
kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai
hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification
(Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004 :
244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization
(menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
(Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
Penilaian Pada Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Dalam Model
Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan
tes maupun non tes.Penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika
bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery
learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya
menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka
pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
Implementasinya
Metode
pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang
menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam mengaplikasikan metode
Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru
harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher
oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery
Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi
seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau
ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa
dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.
Keuntungan
Model Pembelajaran Penemuan :
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep
dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai
peneliti di dalam situasi diskusi.
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide
lebih baik;
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer
kepada situasi proses belajar yang baru;
k. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
l. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri;
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar
menjadi lebih terangsang;
n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya;
o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
p. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar;
q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Kelemahan
Model Pembelajaran Penemuan :
a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir
atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
kok daftar pustakanya ga ada mba hehe
BalasHapus