Rabu, 11 Maret 2015

makalah psycologi pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar adalah  kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental  dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh karenanya,pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek,bentuk dan manifestasinya mutlak di perlukan oleh para pendidik.Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang di capai peserta didik

B.  Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian pembelajaran?
2.      Apa saja contoh-contoh pembelajaran?
3.      Bagaimana ciri-ciri pembelajaran?
4.      Bagaimana tujuan dan prinsip pembelajaran?
5.      Apa pengertian perilaku dalam pembelajaran?
6.      Apa saja tahapan dalam proses pembelajaran?

C.    Tujuan

1.      Mengetahui  pengertian pembelajaran
2.      Mengetahui contoh-contoh pembelajaran
3.      Mengetahui ciri-ciri pembelajaran
4.      Mengetahui tujuan dan prinsip pembelajaran
5.      Mengetahui pengertian perilaku dalam pembelajaran
6.      Mengetahui tahapan dalam proses pembelajaran









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahanperilakuu yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran merupakan aktivitas paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Untuk itu pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dalam bab ini dibahas tentang pengertian pembelajaran dan keterkaitan dengan pengertian lain. Untuk itu bisa dijadikan acuan untuk mengetahhui arti pembelajaran agar keberhasilsan pencapaian tujuan pendidikan bisa tercapai denggan efektif.

B.     Contoh-contoh Pembelajaran


Dalam pempermudah pemahaman  anda mengenai bagaimana  sebenarnya proses belajar itu  berlangsung, beriiikkkut ini akan di kemukakan dua contoh sederhana sebagai gambaran.setelah itu akan di kemukakan pula  sebuah contoh tandinagn yang  disertai komentar seperlunya.
Seorang anak balita (berusia di bawah lima tahun) memperoleh mobil mobilan dari ayahnya . lalu mencoba mainan ini  dengan cara memutar kuncinya dan meletakan pada suatu permukaan atau dataran.perilaku “memutar”dan “meletakan”tersebut merupakan respon  atau reaksi atas rangsangan yang timbul pada mainan itu (misalnya kkunci dan roda mobil-mobilan tersebut)
Pada tahap pemulaan,respon anak terhadap stimulus  yang ada pada mainan tadi  biasanya tidak tepat  atau setidaknya  tidak teratur.namun berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang lambat laun akhirnya dia menguasai dan dapat memainkan  mobil-mobilandengan baik dan sempurna.Sehubungan dengan contoh ini belajar dapat kita pahami sebagai proses yang dengan proses itu  sebuah tingkah laku di timbulkan atau di perbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang ada.
Contoh lainnya,bayangkanlah bahwa si fulan sedang berada didalam ruangan eksperimen  ang pintu dan jendelanya terkunci rapat.ia sangat lapar  tetapi tidak tahu bagai man cara mengatasi laparnya  itu.Apakah yang dapat Fulan lakukan ?mungkin ia akan berteriak meminta tolong ,tatapi ia tidak  melakukannya karena akan sia-sia belaka .dari pada berteriak  ia merasa lebih baik mengelilingi ruangan itu mengamati seluruh bagiannya bahkan meraba-raba sambil mencari sesuatu  berkali-kali.
Akhirnya Fulan menemukan sebuah tombol kecil dekat sebuah lubang tipis  yang lebarnya kira-kira 10 cm. Ia menekan tombol itu,lalu terdengar bunyi “tit tit tit” di rirngi suara laksana jatuhnya benda ringan .namun ia tidak melihat apa-apa menghadapai situasi  seperti ini ia mundur untuk menghindari  sesuatu yang mungkin mencelakainya .namun ketika suara aneh tadi berhenti tiba-tiba sebuah benda tipis dan bulat muncul dari lubang  ternyata biskuit!kemudian kue itu ia makan.selanjutnya karena ia masih merasa lapar tombol itu ia tekan lagi  berkali-kali untuk menghasilkan biskuit sebanyak-banyaknya hingga akhirnya ia merasa kenyang.
Dalam situasi seperti tersebut  di atas  tombol dan lubang tadi merupakan stimulus sedangakan ras lapar si fulan alami  itu adalah motivasi.kedua unsur ini menimbulkan respon khusus (penekanan tombol)yang terus meningkat dan lebih teratur karena adanya  penguat (einfocer) yakni biskuit.peristiwa  seperti tadi dalam psikologi belajar di kenal dengan istilah  instrumental conditining atau operant  conditioning.menurut Houston (1986) respon-rspon terhadap stimuli  itulah yang disebut instrumental (penolong) yang berguna untuk memeperoleh sesuatu atau perubahan yang di harapkan.
Namun perlu di pertanyakan  apakah belajar itu benar-benar hanya di tandai oleh adanya  interaksi stimulus dengan respon? Bagaimanapun peristiwa belajar  yang dialami manusia itu bukan  semata-mata masalah respon terhadap stimulus (rangsangan) yang ada melankan adanya self regulation  yakni pengaturan dan pengarahan diri  yang di kontrol oleh otak yang hampir  berperan lebih penting .fungsi otak sebagai pengendali  seluruh aktifitas mental dan behavioral menurut tinjauan cognitivits (para ahli kognitif)  sangat menentukan proses belajar  manusia (Syah 1992).
Ambilah sebuah contoh seorang anak balita bernama dini  sedang memepelajari kata “kucing” dari ibunya.ketika anak itu melihat kucing jantan ,kecil dan berbulu hitam di rumahnya ,ibunya berkata”itu kucing” lalu  anak itu  menirukan “itu kucing”.menurut Best(1990)segala cerita kucing  yang ia lihat  itu berubah menjadi  echoic memory yang semuanya  terserap oleh sensory register dan tersimpan dalam “gudang”sementara selama krang dari satu detik .kemudian informasi dalam bentuk gema  yang mengiringi informasi cerita tersebut (iconic memory dan achoic memory) diserap oleh  short term memory (subsistem akal jangka penndek) untuk di proses menjadi ari-artiselama kurand adari satu detik ,lalu di serap oleh subsistem memori permanen.dalam subsistem akal permanen  anak balita tadi telah tersimpan juga ietm-item informasi lain seperti kata “bagus”,kata”suka”dan item-item tertentu yang pernah ia lihat  atau dengar sebelumnya.
Kemudian keesok  harinya anak balita tadi kucing lain di luar rumahnya dan  ibunya bertanya”apa itu?” saat pertanyaan ini di terima  sistem akal anak terebut kembali memproses mencari jawaban ,dan hasilnya di luar dugaan.ternyata bukan hanya kata “kucing” yang ia peroleh melainkan kata “bagus” dan”suka” dalam tatanan kalimat yang logis  ia menjawab “itu kucung bagus bu! Dini suka” padahal struktur kalimat yang melibatkan tiga kata itu (kucing,bagus dan suka) tak pernah ia pelajari.Bahkan kucing yang ia lihat di luar rumahnya itupun jenis kelamin dan warnanya berbeda dengan kucing  yang ia lihat di rumahnya kemarin.
Alhasil belajar pada hakikatnya  merupakan proses kognitif  yang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar,melihat,mengucapkan.Apapun jenis dan manifestasinya  belajar yang dilakukan siswa  hampir dapat di pastikan selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang intensitas  penggunaannya tentu berbeda antara satu peristiwa belajar dengan peristiwa belajar lainnya.

C.    Ciri-ciri Pembelajaran

1.      Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu      perkembangan tertentu.
2.      Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Fokus materi ajar, terarah, dan terencana dengan baik.
4.      Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungya kegiatan pembelajaran.
5.      Aktor guru yang cermat dan tepat.
6.      Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing.
7.      Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8.      Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.

Yang menjadi kunci untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran dan guru itu sendiri. Kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan dan diapresiasi. Mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.

D.    Tujuan dan Prinsip Pembelajaran

Adanya masyarakat pendidikan yang menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah, sudah barang tentu keadaan psikologi anak/peserta didik harus dipelajari. Dengan demikian studi psikologi dalam pendidikan sangat vital pula. Sehingga dapat dirumuskan beberapa tujuan studi psikologi pendidikan, antara lain :

a)       Untuk membantu para guru dan calon guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing anak didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
b)       Agar para guru dan calon memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik pada umumnya, dan dalam bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didik bisa bertambah baik dalam cara belajarnya
c)       Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan evektif dengan jalan mempelajari, menganalisis, tingkah laku anak didik dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung itu, guna meningkatkan kearah yang lebih baik
d)       Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa inti permasalahan psikologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”.
            Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

       Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :

1.         Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2.          Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3.       Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubunganinterpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
           4.  Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
              Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5.      Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

6.      Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7.      Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

Prinsip-prinsip pembelajaran adalah sebagai berikut:
               
Prinsip-prinsip pembelajaran
Dalam bukunya Sugandi, dkk [1][9] antara lain:

1.          Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak dapat terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat membelajarkan siswa.
2.       Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek. Belajar sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3.       Motivasi
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktifitas. Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka siswa tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi siswa agar siswa dapat mencapai tujuan belajar dengan baik.
4.       Keaktifan Siswa
Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif. Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya .
5.          Mengalami Sendiri
Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri, akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.
6.         Pengulangan
Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu membaca, berfikir, mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut mudah diingat. Guru dapat mendorong siswa melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan ulangan harian.
7.      Materi Pelajaran Yang Menantang
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis. Dengan pemberian materi yang problematis, akan membuat anak aktif belajar.
8.          Balikan Dan Penguatan
Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi guru. Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga berharga bagi guru untuk menentukan perlakuan selanjutnya dalam pembelajaran.
9.      Penguatan atau Reinforcement
Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan diharapkan siswa mengulangi perbuatan baiknya tersebut.
10.    Perbedaan Individual
Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta kemampuan belajar mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-siswa tertentu secara individual dan memikirkan model pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan yang kurang berbakat.

Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974) terkait dengan prinsip pembelajaran dijabarkan, sebagai berikut :

1.      Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya.
2.       Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3.      Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4.      Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
5.      Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6.      Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7.      Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
8.      Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9.      Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.
10.  Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11.  Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
12.  Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.

Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:

a.       Menarik perhatian (gaining attention)
 hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks

b.       Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives)
 memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.

c.        Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning)
merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.

d.       Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus)
      menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.

e.        Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) :
      memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.

f.        Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance)
siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
g.       Memberikan balikan (providing feedback)
memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.

h.       Menilai hasil belajar (assessing performance)
memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.

i.        Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer)
merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.


E.     Pengertian Perilaku dalam Pembelajaran

Perilaku belajar siswa, dalam psikologi pendidikan, belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseeluruhan sebagi hasil penglaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam hubungan dengan proses belajar ini, yang harus dikenal betuloleh para pengajar adalah apa yang disebut dengan metakognisi dan persepsi sosial-psikologis pelajar. Yang dimaksd dengan metakognisi adalah pengetahuan seorang individu proses dan hasil belajar yang terjadi dalam dirinya serta hal-hal yang terkait. Hal ini mengandung arti bahwa, agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif, maka pelajar seharusnya mampu mengenal proses dan hasil yang terjadi dalam dirinya. Untuk itu para pengajar hendaknya mamppu mengenal dan membantu siswa. Yang dimaksud dengan persepsi sosio-psikologis adalah sampai seberapa jauh pelajar mempersepsi proses belajar yang berlangsung beserta situasi-situasi yang berpengaruh.
Perilaku hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Para pengajar sangat diharapkan mampu mengantisipasi aspek-aspek perubahan perilaku ini yang dimulai dengan perencanaan kegiatan belajar-mengajar, dan mengembangkannya setelah kegiatan belajar berakhir. Dengan perilaku belajar yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, maka proses belajar-mengajar diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai karakteristik sebagai: (1) pribadi yang mandiri, (2) pelajar yang efektif, (3) pekerja yang produktif, (4) anggota masyarakat yang baik. Untuk mewujudkan kualitas manusia seperti itu, maka ada empat kualitas belajar yang harus dikembangkan dalam diri pada siswa, yiatu: (1) belajar untuk menjadi (learning to do), (2) belajar untuk belajar (learning to learn), (3) belajar untuk berbuat (learning to do), (4) belajar untuk hidup bersama (learning to live together)
Perilaku mengajar guru, guru dituntut harus mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar menjadi perilku belajar yang efektif dalam diri siwa. Guru juga di tuntut untuk menciptakan situasi balajar-menajar yang kondusif. Guru tidak terbatas sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan, akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, pengevaluasi hasil belajar dan sebagai direktur belajar.
Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tept, karakteristik pengajar yang diharapkan adalah:

1.      Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelaajaran yang diajarkannya.
2.      Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian ddan suasana hati secara tepat serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat.
3.      Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar.
4.      Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan kepada pesrta didik.
5.      Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya, baik isi maupun metode.
6.      Memiliki sikap terbuka, luwes, dan eksperimental dam metode dan teknik.
Pengajar akan mengajar dengan baik apabila memiliki sikap dasar yang benar, sasaran yang benar, informasi faktual yang diperlukan, memahami macam-macam metoda dan teknik dan mengetahui bagaimana memilihnya, membantu pelajar dalam merencanakan tindak lanjut
Perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar akan nampak pada interaksi antar keduanya. Dalam interaksi ini terjadi proses saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Sekurang-kurangnya ada tiga hal dalam interaksi pelajar-pengajar yaitu proses belaja, metode mengajar, dan pola-pola interaksi.



F.     Tahapan-tahapan Proses Pembelajaran
1.      Individu merasakan adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin dicapai.
2.      Kesiapan (readiness) individu untuk mengetahui kebutuhan dan mencapai tujuan.
3.      Pemahaman situasi lingkungan.
4.      Menafsirkan situasi yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai aspek yang terdapat dalam situasi.
5.      Tindak balas (respons)
6.      Akibat (hasil) pembelajaran.































BAB III
PENUTUP



A.Kesimpulan
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahanperilakuu yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Pembelajaran sangat tergantung pada cara penyampaian yang di sajikan oleg guru .jika guru menyampaikan materi dengan benar maka siswa akan mendapatkan  prestasi yang bagus tapi sebaliknya apa bila cara penyampaiannya kurang memuaskan maka siswapun akan sulit memgerti.Serat cara penyampaian pula harus sesuai dengna prinsip-prinsip opembelajaran.

B.Saran
            Dari kesimpulan di atas dengan membaca makalah ini saya berharap para pembaca bisa menyadari betapa peran guru sangatlah penting dalam perkembangan psikologi peserta didik.Serta bisa di jadikan pembelajaran selanjutnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar