BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.Ini berarti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun
di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh
karenanya,pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek,bentuk
dan manifestasinya mutlak di perlukan oleh para pendidik.Kekeliruan atau
ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar
yang di capai peserta didik
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian pembelajaran?
2. Apa
saja contoh-contoh pembelajaran?
3. Bagaimana
ciri-ciri pembelajaran?
4. Bagaimana
tujuan dan prinsip pembelajaran?
5. Apa
pengertian perilaku dalam pembelajaran?
6. Apa
saja tahapan dalam proses pembelajaran?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian pembelajaran
2.
Mengetahui contoh-contoh pembelajaran
3.
Mengetahui ciri-ciri pembelajaran
4.
Mengetahui tujuan dan prinsip
pembelajaran
5.
Mengetahui pengertian perilaku dalam
pembelajaran
6.
Mengetahui tahapan dalam proses
pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahanperilakuu yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Pembelajaran merupakan aktivitas paling utama dalam proses
pendidikan di sekolah. Untuk itu pemahaman seorang guru terhadap pengertian
pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Dalam bab ini dibahas
tentang pengertian pembelajaran dan keterkaitan dengan pengertian lain. Untuk
itu bisa dijadikan acuan untuk mengetahhui arti pembelajaran agar keberhasilsan
pencapaian tujuan pendidikan bisa tercapai denggan efektif.
B.
Contoh-contoh
Pembelajaran
Dalam
pempermudah pemahaman anda mengenai
bagaimana sebenarnya proses belajar
itu berlangsung, beriiikkkut ini akan di
kemukakan dua contoh sederhana sebagai gambaran.setelah itu akan di kemukakan
pula sebuah contoh tandinagn yang disertai komentar seperlunya.
Seorang
anak balita (berusia di bawah lima tahun) memperoleh mobil mobilan dari ayahnya
. lalu mencoba mainan ini dengan cara
memutar kuncinya dan meletakan pada suatu permukaan atau dataran.perilaku
“memutar”dan “meletakan”tersebut merupakan respon atau reaksi atas rangsangan yang timbul pada
mainan itu (misalnya kkunci dan roda mobil-mobilan tersebut)
Pada
tahap pemulaan,respon anak terhadap stimulus
yang ada pada mainan tadi
biasanya tidak tepat atau
setidaknya tidak teratur.namun berkat
latihan dan pengalaman berulang-ulang lambat laun akhirnya dia menguasai dan
dapat memainkan mobil-mobilandengan baik
dan sempurna.Sehubungan dengan contoh ini belajar dapat kita pahami sebagai
proses yang dengan proses itu sebuah
tingkah laku di timbulkan atau di perbaiki melalui serentetan reaksi atas
situasi atau rangsangan yang ada.
Contoh
lainnya,bayangkanlah bahwa si fulan sedang berada didalam ruangan
eksperimen ang pintu dan jendelanya
terkunci rapat.ia sangat lapar tetapi
tidak tahu bagai man cara mengatasi laparnya
itu.Apakah yang dapat Fulan lakukan ?mungkin ia akan berteriak meminta
tolong ,tatapi ia tidak melakukannya
karena akan sia-sia belaka .dari pada berteriak
ia merasa lebih baik mengelilingi ruangan itu mengamati seluruh
bagiannya bahkan meraba-raba sambil mencari sesuatu berkali-kali.
Akhirnya
Fulan menemukan sebuah tombol kecil dekat sebuah lubang tipis yang lebarnya kira-kira 10 cm. Ia menekan
tombol itu,lalu terdengar bunyi “tit tit tit” di rirngi suara laksana jatuhnya
benda ringan .namun ia tidak melihat apa-apa menghadapai situasi seperti ini ia mundur untuk menghindari sesuatu yang mungkin mencelakainya .namun
ketika suara aneh tadi berhenti tiba-tiba sebuah benda tipis dan bulat muncul
dari lubang ternyata biskuit!kemudian
kue itu ia makan.selanjutnya karena ia masih merasa lapar tombol itu ia tekan
lagi berkali-kali untuk menghasilkan
biskuit sebanyak-banyaknya hingga akhirnya ia merasa kenyang.
Dalam
situasi seperti tersebut di atas tombol dan lubang tadi merupakan stimulus
sedangakan ras lapar si fulan alami itu
adalah motivasi.kedua unsur ini menimbulkan respon khusus (penekanan
tombol)yang terus meningkat dan lebih teratur karena adanya penguat (einfocer)
yakni biskuit.peristiwa seperti tadi
dalam psikologi belajar di kenal dengan istilah
instrumental conditining atau operant
conditioning.menurut Houston (1986) respon-rspon terhadap stimuli itulah yang disebut instrumental (penolong)
yang berguna untuk memeperoleh sesuatu atau perubahan yang di harapkan.
Namun
perlu di pertanyakan apakah belajar itu
benar-benar hanya di tandai oleh adanya
interaksi stimulus dengan respon? Bagaimanapun peristiwa belajar yang dialami manusia itu bukan semata-mata masalah respon terhadap stimulus
(rangsangan) yang ada melankan adanya self
regulation yakni pengaturan dan
pengarahan diri yang di kontrol oleh
otak yang hampir berperan lebih penting
.fungsi otak sebagai pengendali seluruh
aktifitas mental dan behavioral menurut tinjauan cognitivits (para ahli kognitif)
sangat menentukan proses belajar
manusia (Syah 1992).
Ambilah
sebuah contoh seorang anak balita bernama dini
sedang memepelajari kata “kucing” dari ibunya.ketika anak itu melihat
kucing jantan ,kecil dan berbulu hitam di rumahnya ,ibunya berkata”itu kucing”
lalu anak itu menirukan “itu kucing”.menurut
Best(1990)segala cerita kucing yang ia
lihat itu berubah menjadi echoic
memory yang semuanya terserap oleh sensory register dan tersimpan dalam
“gudang”sementara selama krang dari satu detik .kemudian informasi dalam bentuk
gema yang mengiringi informasi cerita
tersebut (iconic memory dan achoic memory)
diserap oleh short term memory (subsistem akal jangka penndek) untuk di proses
menjadi ari-artiselama kurand adari satu detik ,lalu di serap oleh subsistem
memori permanen.dalam subsistem akal permanen
anak balita tadi telah tersimpan juga ietm-item informasi lain seperti
kata “bagus”,kata”suka”dan item-item tertentu yang pernah ia lihat atau dengar sebelumnya.
Kemudian
keesok harinya anak balita tadi kucing
lain di luar rumahnya dan ibunya
bertanya”apa itu?” saat pertanyaan ini di terima sistem akal anak terebut kembali memproses
mencari jawaban ,dan hasilnya di luar dugaan.ternyata bukan hanya kata “kucing”
yang ia peroleh melainkan kata “bagus” dan”suka” dalam tatanan kalimat yang
logis ia menjawab “itu kucung bagus bu!
Dini suka” padahal struktur kalimat yang melibatkan tiga kata itu (kucing,bagus
dan suka) tak pernah ia pelajari.Bahkan kucing yang ia lihat di luar rumahnya
itupun jenis kelamin dan warnanya berbeda dengan kucing yang ia lihat di rumahnya kemarin.
Alhasil
belajar pada hakikatnya merupakan proses
kognitif yang mendapat dukungan dari
fungsi ranah psikomotor fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi:
mendengar,melihat,mengucapkan.Apapun jenis dan manifestasinya belajar yang dilakukan siswa hampir dapat di pastikan selalu melibatkan
fungsi ranah akalnya yang intensitas
penggunaannya tentu berbeda antara satu peristiwa belajar dengan
peristiwa belajar lainnya.
C.
Ciri-ciri
Pembelajaran
1. Memiliki tujuan, yaitu untuk
membentuk siswa dalam suatu perkembangan
tertentu.
2. Terdapat mekanisme, prosedur,
langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Fokus materi ajar, terarah, dan
terencana dengan baik.
4. Adanya aktivitas siswa merupakan syarat
mutlak bagi berlangsungya kegiatan pembelajaran.
5. Aktor guru yang cermat dan tepat.
6. Terdapat pola aturan yang ditaati
guru dan siswa dalam proporsi masing-masing.
7. Limit waktu untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
8. Evaluasi, baik evaluasi proses
maupun evaluasi produk.
Yang menjadi
kunci untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran
dan guru itu sendiri. Kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai,
dikembangkan dan diapresiasi. Mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum
dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
D.
Tujuan
dan Prinsip Pembelajaran
Adanya masyarakat pendidikan yang menghendaki agar
pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk
belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah, sudah
barang tentu keadaan psikologi anak/peserta didik harus dipelajari. Dengan
demikian studi psikologi dalam pendidikan sangat vital pula. Sehingga dapat
dirumuskan beberapa tujuan studi psikologi pendidikan, antara lain :
a) Untuk membantu para guru dan calon
guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing anak didiknya
dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.
b) Agar para guru dan calon memiliki
dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik pada umumnya, dan dalam bidang
keahliannya pada khususnya, sehingga anak didik bisa bertambah baik dalam cara
belajarnya
c) Agar para guru dan calon guru dapat
menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien dan evektif dengan jalan
mempelajari, menganalisis, tingkah laku anak didik dalam proses pendidikan
untuk kemudian mengarahkan proses-proses pendidikan yang berlangsung itu, guna
meningkatkan kearah yang lebih baik
d) Dalam proses belajar-mengajar dapat
dikatakan bahwa inti permasalahan psikologis terletak pada anak didik. Bukan
berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam hal
seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses
pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar.
Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi
yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003)
mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan
calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan
proses belajar mengajar peserta didik”.
Guru
dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya
dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku
orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik
dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara
efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah.
Dengan memahami psikologi
pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya
diharapkan dapat :
1.
Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan
memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih
tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai
tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom
tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori
perkembangan individu.
2.
Memilih strategi atau metode
pembelajaran yang sesuai.
Dengan
memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan
strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu
mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan
gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3.
Memberikan bimbingan atau bahkan
memberikan konseling.
Tugas dan
peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat
membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya
diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar,
melalui proses hubunganinterpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4.
Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi
artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa,
seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan
berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu,
khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai,
tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai
fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas
pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan
pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat
menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa
dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman
guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi
dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang
menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman
guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan
penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Prinsip-prinsip pembelajaran adalah
sebagai berikut:
Prinsip-prinsip pembelajaran
1. Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu
kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada
diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak dapat terlalu
banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi akibat dari kondisi
tersebut dengan berbagai upaya pada saat membelajarkan siswa.
2. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek. Belajar
sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari siswa yang
belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk menarik
perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3. Motivasi
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong
orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi
adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktifitas. Motivasi
dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka siswa tidak
bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi siswa
agar siswa dapat mencapai tujuan belajar dengan baik.
4. Keaktifan Siswa
Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif. Dengan
bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan
yang dimilikinya .
5.
Mengalami Sendiri
Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya
dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri, akan
memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.
6.
Pengulangan
Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu membaca,
berfikir, mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ulang
materi yang dipelajari sehingga materi tersebut mudah diingat. Guru dapat
mendorong siswa melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan pekerjaan
rumah, membuat laporan dan mengadakan ulangan harian.
7. Materi Pelajaran Yang Menantang
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan sikap
seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru
memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis. Dengan pemberian
materi yang problematis, akan membuat anak aktif belajar.
8.
Balikan Dan Penguatan
Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi guru.
Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya dalam suatu hal,
dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga berharga bagi guru untuk
menentukan perlakuan selanjutnya dalam pembelajaran.
9. Penguatan atau
Reinforcement
Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari
guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan
penguatan diharapkan siswa mengulangi perbuatan baiknya tersebut.
10.
Perbedaan Individual
Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik maupun
psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta kemampuan belajar mereka
tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-siswa tertentu secara individual dan
memikirkan model pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan
yang kurang berbakat.
Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974) terkait dengan
prinsip pembelajaran dijabarkan, sebagai berikut :
1. Respon-respon baru (new
responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya.
2. Perilaku tidak hanya
dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau
tanda-tanda dilingkungan siswa.
3. Perilaku yang timbul
oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak
diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4. Belajar yang berbentuk
respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain
yang terbatas pula.
5. Belajar
menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang
kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6. Situasi mental siswa
untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa
selama proses siswa belajar.
7. Kegiatan belajar yang
dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan
tiap langkah, akan membantu siswa.
8. Kebutuhan memecah
materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan
mewujudkan dalam suatu model.
9. Keterampilan tingkat
tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.
10. Belajar akan lebih
cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas
penampilannya dan cara meningkatkannya.
11. Perkembangan dan
kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang
lebih lambat.
12. Dengan persiapan, siswa
dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan
menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan
prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai
berikut:
a. Menarik perhatian (gaining
attention)
hal yang menimbulkan minat siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks
b. Menyampaikan tujuan
pembelajaran (informing learner of the objectives)
memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai
siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.
c. Mengingatkan
konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning)
merangsang ingatan
tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk
mempelajari materi yang baru.
d. Menyampaikan materi
pelajaran (presenting the stimulus)
menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
e. Memberikan bimbingan
belajar (providing learner guidance) :
memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur
berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
f. Memperoleh
kinerja/penampilan siswa (eliciting performance)
siswa diminta untuk
menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
g. Memberikan balikan (providing
feedback)
memberitahu seberapa
jauh ketepatan performance siswa.
h. Menilai hasil belajar (assessing
performance)
memberiytahukan
tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
i.
Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and
transfer)
merangsang kamampuan
mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review
atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
E.
Pengertian
Perilaku dalam Pembelajaran
Perilaku belajar siswa, dalam
psikologi pendidikan, belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseeluruhan sebagi hasil penglaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dalam hubungan dengan proses belajar ini, yang harus dikenal
betuloleh para pengajar adalah apa yang disebut dengan metakognisi dan persepsi
sosial-psikologis pelajar. Yang dimaksd dengan metakognisi adalah
pengetahuan seorang individu proses dan hasil belajar yang terjadi dalam
dirinya serta hal-hal yang terkait. Hal ini mengandung arti bahwa, agar proses
belajar dapat berlangsung secara efektif, maka pelajar seharusnya mampu
mengenal proses dan hasil yang terjadi dalam dirinya. Untuk itu para pengajar
hendaknya mamppu mengenal dan membantu siswa. Yang dimaksud dengan persepsi
sosio-psikologis adalah sampai seberapa jauh pelajar mempersepsi proses belajar
yang berlangsung beserta situasi-situasi yang berpengaruh.
Perilaku hasil belajar mencakup aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Para pengajar sangat diharapkan mampu mengantisipasi
aspek-aspek perubahan perilaku ini yang dimulai dengan perencanaan kegiatan
belajar-mengajar, dan mengembangkannya setelah kegiatan belajar berakhir.
Dengan perilaku belajar yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, maka
proses belajar-mengajar diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang
mempunyai karakteristik sebagai: (1) pribadi yang mandiri, (2) pelajar yang
efektif, (3) pekerja yang produktif, (4) anggota masyarakat yang baik. Untuk
mewujudkan kualitas manusia seperti itu, maka ada empat kualitas belajar yang
harus dikembangkan dalam diri pada siswa, yiatu: (1) belajar untuk menjadi
(learning to do), (2) belajar untuk belajar (learning to learn), (3) belajar
untuk berbuat (learning to do), (4) belajar untuk hidup bersama (learning to
live together)
Perilaku mengajar guru, guru dituntut harus mampu
mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar menjadi perilku belajar yang efektif
dalam diri siwa. Guru juga di tuntut untuk menciptakan situasi balajar-menajar
yang kondusif. Guru tidak terbatas sebagai pengajar dalam arti penyampai
pengetahuan, akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran, manajer
pengajaran, pengevaluasi hasil belajar dan sebagai direktur belajar.
Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tept, karakteristik pengajar yang diharapkan adalah:
Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tept, karakteristik pengajar yang diharapkan adalah:
1. Memiliki minat yang besar terhadap
pelajaran dan mata pelaajaran yang diajarkannya.
2. Memiliki kecakapan untuk memperkirakan
kepribadian ddan suasana hati secara tepat serta membuat kontak dengan kelompok
secara tepat.
3. Memiliki kesabaran, keakraban, dan
sensivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar.
4. Memiliki pemikiran yang imajinatif
(konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan kepada pesrta didik.
5. Memiliki kualifikasi yang memadai
dalam bidangnya, baik isi maupun metode.
6. Memiliki sikap terbuka, luwes, dan
eksperimental dam metode dan teknik.
Pengajar akan mengajar dengan baik apabila memiliki
sikap dasar yang benar, sasaran yang benar, informasi faktual yang diperlukan,
memahami macam-macam metoda dan teknik dan mengetahui bagaimana memilihnya,
membantu pelajar dalam merencanakan tindak lanjut
Perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa
sebagai pelajar akan nampak pada interaksi antar keduanya. Dalam interaksi ini
terjadi proses saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku pada
diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Sekurang-kurangnya ada
tiga hal dalam interaksi pelajar-pengajar yaitu proses belaja, metode mengajar,
dan pola-pola interaksi.
F.
Tahapan-tahapan
Proses Pembelajaran
1. Individu merasakan adanya kebutuhan
dan melihat tujuan yang ingin dicapai.
2. Kesiapan (readiness) individu untuk
mengetahui kebutuhan dan mencapai tujuan.
3. Pemahaman situasi lingkungan.
4. Menafsirkan situasi yaitu bagaimana
individu melihat kaitan berbagai aspek yang terdapat dalam situasi.
5. Tindak balas (respons)
6. Akibat (hasil) pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pembelajaran
adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahanperilakuu yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Pembelajaran sangat
tergantung pada cara penyampaian yang di sajikan oleg guru .jika guru
menyampaikan materi dengan benar maka siswa akan mendapatkan prestasi yang bagus tapi sebaliknya apa bila
cara penyampaiannya kurang memuaskan maka siswapun akan sulit memgerti.Serat
cara penyampaian pula harus sesuai dengna prinsip-prinsip opembelajaran.
B.Saran
Dari kesimpulan
di atas dengan membaca makalah ini saya berharap para pembaca bisa menyadari
betapa peran guru sangatlah penting dalam perkembangan psikologi peserta
didik.Serta bisa di jadikan pembelajaran selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar